Oleh: Muhammad Mahmud*
Bu Guru : “Dede’ mau jadi apa?”
Murid : “Mau jadi Pilot bu..”
Bu Guru : “Terus, sekolahnya mau lanjut dimana?”
Murid :
“Di Pesantren Bu…..”
Bu Guru : ???????!!!!@#%@& (#kaget lebay
Wew)
Mau
jadi pilot kok sekolahnya di pesantren? bisa dong, pilotnya juga lebih canggih,
bisa terbang lintas alam. Bahkan
bisa sampai mendarat
di Bandara Surga. Ayo...mau jadi apa, mau jadi dokter? Bisa, mau jadi insinyur?
Bisa, mau jadi presiden? Oh bisa sekali. Kalau mau dilihat-lihat mah mantan
Wakil Presiden Indonesia Pak JK (bukan Jarwo Kwat lohh) juga
alumnus pesantren. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan
Permusyawaratan Rakyat juga berkali-kali dipimpin oleh kaum santri.
Diantaranya, K.H Zainul Arifin (1960-1963), K.H Achmad Sjaichu (1968-1971), K.H
Idham Chalid (1971-1977), Adam Malik (1977-1978, kemudian diangkat menjadi
Wakil Presiden RI), Hidayat Nurwahid (2004-2009) Marzuki Ali (2009-2014) hingga
Zulkifli Hasan (Ketua MPR saat ini) juga mengaku bagian dari kalangan santri
karena pernah sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA, sekarang menjadi Madrasah
Aliyah).
Pakar
Ekonomi Indonesia era 60-an, Subchan ZE yang mengusulkan konsep Ekonomi
Alternatif di tahun 1970-an dan mengalahkan pakar Ekonomi lulusan Amerika juga
dari Pesantren. Penggagas Bank Syariah, DR. Syafi’i Antonio pun pernah mondok.
Di kalangan Militer, dari Jenderal Soedirman, Brigjend Achmad Tirto Soediro, hingga
Jenderal Moeldoko (Panglima TNI saat ini) juga berasal dari Pesantren (lihat
tabel pejabat dari pesantren).Eh, konon Barack Obama, Presiden Amerika juga
pernah mesantren, lho! Tapi istilahnya lebih keren, Boarding
school,
kan sama-sama Boarding ^^ #maksa. So, mau jadi apapun, pesantren
adalah fondasi pendidikan terbaik.
Pesantren Gak Lagi
Kaku
Sebagian masyarakat masih
beranggapan jika Pesantren itu sebagai penjara (penjara suci katanya,, narapidana kaleeee??), tempat disiksa (makanyaa jangan nakaall!).Bikin bête dan melelahkan, karena segala sesuatu dikerjakan
dengan sendiri dan kegiatannya hanya ngaji, ngaji dan ngaji. Tidurnya ngumpul
betumpuk-tumpukan, (kaya
pindaang, wekawekakaa)
makannya bareng-bareng, mandinya juga bareng-bareng,, (naah loohh????).
![]() |
| Salah Satu Kegiatan Ngaji Santri Assalafie(Sumber: Fb Assalafie) |
Apasih pesantren tuh? buat apa kita
mesantren. Toh disekeliling rumah kita banyak tempat pengajian.Seabrek fikiran
negatif tentang pesantren ada dalam benak fikiran.(buat yg ga suka aja).
Pesantren juga
sering dituding sebagai kelompok islam yang masih kaku dan tidak mengikuti
perkembangan zaman. Terlihat dari pakaian yang masih tertutup, ketika belajar
masih menggunakan sistem belajar dengan kitab kuning yang terkesan masih jadul
dan purba.Apalagi tahun lalu, terjadi bom bunuh diri di polresta Cirebon.Orang
tersebut terdeteksi didikan dari Pesantren.
Terlebih
anak-anak remaja sekarang lebih suka dengan yang berbau modern.Lebih doyan jalan-jalan, berpakaian minim,
nongkrong, mengkuti trend tradisi barat tanpa filtrasi (penyaringan budaya.red)
dan menggunakan trend teknologi yang
berlebihan. Ada anak” usia SMP ketika diminta orang tuannya mesantren, namun
anak itu berdalih “
buatapa mesantren, mesantren itu katro, gak gaul, gaptek pula”. Masya Allah, miris sekali
mendengarnya. Cekacekacekakaa,,
Padahal, Pesantren
sesungguhnya gak kaya gitu.Banyak Pesantren yang ‘gaul’ juga kok.Misalnya
dibeberapa pesantren di Cirebon, seperti pesantren Ciwaringin(kaya di pondok kita tercinta,,
Assalafie-Assalafiat), Kempek,
Buntet, Gedongan dan lain sebagiannya. Dalam pengajarannya, terdapat juga
pelajaran-pelajaran umum tak hanya ngaji-ngaji aja.Meskipun gaul, kitab kuning
tetap jadi acuan utama. Bisa dikatakan, bahwa pesantren tersebut merupakan
pesantren salafiyah yang gak ketinggalan jaman.Sebab berhasil memadukan sistem
kitab kuning dengan pengetahuan zaman sekarang.Jadi tetap menguasai IPTEK
dengan tanpa meninggalkan tradisi, norma dan
nilai-nilai Pesantren yang diakui sangat positif untuk pendidikan
karakter anak-anak.
Tentang
pendidikan karakter di Pesantren ini diakui dan bahkan ditiru oleh
lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Di Jepang, Korea Selatan, hingga di
Australia dan Inggris, lho! Itu kata Wakil Menteri Agama, Prof. DR. Nasaruddin
Umar, "Akademisi dari Inggris mengakui model pendidikan pesantren dapat
membangun karakter anak, sehingga model itu di Australia dan Inggris telah
menjadi trend pendidikan setempat," katanya di Bengkulu, Rabu, 14 Mei
2014.Di dua negara itu, pesantren disebut dengan istilah boarding
school."Di Indonesia disebut sistem madrasah atau pondok pesantren,"
ucapnya.
Pengertian Pesantren
Pondok
pesantren, seperti kata KH. Abdurrohman Wahid (Gus Dur)
adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para siswanya semua tinggal
bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan
Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.Santri tersebut berada
dalam komplek yangjuga menyediakan masjid/Musholla untuk beribadah, ruang untuk
belajar dan kegiatan keagamaan lainnya.
Pondok
Pesantren merupakan 2 istilah yang menunjukkan satu pengertian.pengertian
dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau
tempat tinggal.Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran agama, umumnya dengancara non klasikal, dimana seorang kiai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang
ditulis dalam bahasa arab oleh Ulama Abad pertengahan.
Istilah
pesantren menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam buku tradisi Pesantren berasal
dari kata ejaan pe-santri-an yang berarti menunjukkan tempat santri, dimana
kata "santri" berarti murid.Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab
funduuq فندوق yang berarti penginapan.Untuk mengatur kehidupan pondok
pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik
kelasnya, mereka biasanya disebut Pengurus pondok.Tujuan para santri dipisahkan
dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan
sekaligus dapat meningkatkan ‘Ubudiyah.(emang kita mau terus2an ngandelin orang tua sampe aki-aki
nini-nini,,?? Cemeeenn,, cengeeeng,, !!!)
Sedangkan
kata santri konon berasal dari kata Cantrik
(bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti
guru, kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang
disebut Pawiyatan.
Sejak
tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya
untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang
setia terhadap faham Islam tradisional.Karena itu kitab-kitab Islam klasik
merupakan bagian integral dari nilai dan faham pesantren yang tidak dapat
dipiah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam
klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”.Mungkin
penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau
disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi
ini kurang tepat sebab juga saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak
dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran
kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustadz biasanya
dengan menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan, halaqoh. Dll
![]() |
| Kebersamaan Santri(Sumber: Fb Assalafie) |
Kitab-kitab Islam
klasik tersebut adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di
pesantren.Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan.Kitab-kitab Islam klasik
merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan
personifikasi dari nilai-nilai itu.
Ajaran-ajaran
yang terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan
yang sah dan relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab
Allah Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya
ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna untuk masa kini atau
nanti.Sekarang coba kita reningkan bersama dan tanyakan pada hati
masing-masing, Yakin ga’ Al-qur’an itu dari zaman dulu, sekarang dan masa depan
akan terus relevan?? Nah, masih mau nyebut pesantren itu katro, gaptek, udik,
ga gaul, kuno?
Wakil
mentri Agama Nasaruddin Umar: “Akademisi dari Inggris mengakui model pendidikan
pesantren dapat membangun karakter anak, sehingga model itu di Australia dan
Inggris telah menjadi trend pendidikan setempat” katanya di Bengkulu. Rabu, 14
Mei 2014. Di dua Negara itu, pesantren di sebut dengan istilah Boarding School.
“Di Indonesia disebut dengan madrasah atau pesantren” katanya.
Saya
mempunyai pendapat sendiri yang mungkin hampir rata-rata berpendapat yang sama.
Di karenakan jaman sudah mendekati ahir, kenakalan remaja sudah tidak
terkendali, terlebih melihat suatu latar belakang daerah yang sungguh sangat
memprihatinkan. Di desa itu memang masih ada beberapa kiai namun untuk generasi
selanjutnya seperti tidak ada. Baik masyarakat ataupun pemuda setempat juga
kurang peduli akan pendidikan apalagi memondokkan anaknya. Saya sendiri miris
melihat hal ini. Belajar di pondok pesantren memang tidaklah ada yang geratis
tapi di pesantren kita bisa memperoleh pelajaran hidup dengan geratis asalkan
kita peka terhadap lingkungan.
Ada
beberapa hal kenapa penting menempuh pendidikan di pesantren. Tentunya
pesantren-pesantren yang di bawah asuhan kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) di
antaranya:
Pertama,
pesantren NU memiliki sanad keilmuan yang jelas. Segala yang di pelajari di
pesantren NU bisa di pertanggung jawabkan. Jika kita runtut ilmu yang
dikonsumsi alurnya jelas sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya, kita
tidak peril hawatir akan kebenaran yang di pelajari dipesantren NU karena itu
sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Kedua, Pesantren mengajar kan kita untuk tidak
berfikir oposisi-binner. Sebuah gaya berfikir yang selalu mempertentangkan
setiap perbedaan. Semisal sosialisme menetang otoriterianisme, lalu menjadi otoriterianisme dengan
bentuk baru Nah, dipesantren
kita diajarkan bahwa perbedaan itu adalah Sunatullah. Perbedaaan tidak perlu
dipertentangkan, akan tetapi disikapi
secara arif agar bisa berjalan beriringan.
Ketiga, kita diperkenalkan dengan barokah. Dalam kehidupan
pesantren, barokah menjadi hal penting yang dijadikan pegangan santri.
Sering kali kita mendengar, setinggi apapun ilmu yang kita dapatkan jika tidak mendapat kan
barokah kiainya, maka ilmu didapat akan sia-sia. Dalam pandangan pesantren,
tabarukan atau biasa disebut barokah mempunyai makna penembahan kebagusan dari
Allah Ziyadatulkhair. Barokah
merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh kiai dan dipercaya mampu melegitimasi ilmu yang diperoleh santri,
manfa’at atau tidak. Baroakah tidak semata-mata bisa hadir dari seorang kiai.
Artinya, untuk mendapatkan title bahwa seorang kiai memiliki kekuatan barokah
baiasanya terletak pada sejauh man kiai tersebut memiliki karomah.
Keempat, dari pesantren kita akan
diajarkan bagaimana bersosialisasi. Tanpa disadari, dalam kehidupan santri
menyimpan segudang pelajaran hidup. Semisal anak santri makan memekai godong
pisang. Dari situ kita bisa lihat,
bahwa kebersaman dalam pesantren itu
sangat diutamakan.
Kelima, hal yang penting yang bisa
didapatdari pesantren adalah “Akhlak”. Akhlak yang dimaksud disini bukan
persoalan etika semata. Karena etika lebih kepada persoalan pola sikap dan pola
ucap. Semisal seorang koruptor yang sosialnya bagus tidak bisa dikatakan
berakhlak. Karena apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan kebenaran hatinya.
Tentu
masih banyak hal lain yang bisa dijadikan alasan mondok (Nyantri) itu penting.
Ada segudang pelajaran dan pengalaman yang hanya bisa kita dapatkan dari
pesantren. Semau literatur yang terjadi di pesantren seolah-olah merangkai
sebauh kenangan yang akan selalu trukir di dalam ingtan bawah sadar kita. Tidak
terhitung berapa santri yang menuai kesuksesan dari pesantren. Ulama besar,
dokter di rumah sakit Nasional, pejabat pemerintah, pebisnis dan masih banyak
lagi.
Untuk itu, janganlah
melihat sesuatu dari satu sempel, tapi cobalah telaah lebih jauh lagi agar
tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman. Santri adalah mahluk langka yang
penuh akan berjuta kenangan.
Makanya, Ayo mondok...!!
*Penulis adalah Alumni Assalafie, Staf MTs NU Assalafie.
(Sumber: Edisi 42 / Th XII / Muharram 1437
/ Oktober 2015)


No comments:
Post a Comment