Pesantren Menjadi Trend - Blog Nusa Televisi

Inspirasi Anak Bangsa

Artikel Terbaru Kami

Saturday, 30 December 2017

Pesantren Menjadi Trend



Oleh: Muhammad Mahmud*



Bu Guru           : “Dede’ mau jadi apa?”
Murid               : “Mau jadi Pilot bu..”
Bu Guru           : “Terus, sekolahnya mau lanjut dimana?”
Murid               : “Di Pesantren Bu…..”
Bu Guru           : ???????!!!!@#%@& (#kaget lebay Wew)

            Mau jadi pilot kok sekolahnya di pesantren? bisa dong, pilotnya juga lebih canggih, bisa terbang lintas alam. Bahkan bisa sampai mendarat di Bandara Surga. Ayo...mau jadi apa, mau jadi dokter? Bisa, mau jadi insinyur? Bisa, mau jadi presiden? Oh bisa sekali. Kalau mau dilihat-lihat mah mantan Wakil Presiden Indonesia Pak JK (bukan Jarwo Kwat lohh) juga alumnus pesantren. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Permusyawaratan Rakyat juga berkali-kali dipimpin oleh kaum santri. Diantaranya, K.H Zainul Arifin (1960-1963), K.H Achmad Sjaichu (1968-1971), K.H Idham Chalid (1971-1977), Adam Malik (1977-1978, kemudian diangkat menjadi Wakil Presiden RI), Hidayat Nurwahid (2004-2009) Marzuki Ali (2009-2014) hingga Zulkifli Hasan (Ketua MPR saat ini) juga mengaku bagian dari kalangan santri karena pernah sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA, sekarang menjadi Madrasah Aliyah).
            Pakar Ekonomi Indonesia era 60-an, Subchan ZE yang mengusulkan konsep Ekonomi Alternatif di tahun 1970-an dan mengalahkan pakar Ekonomi lulusan Amerika juga dari Pesantren. Penggagas Bank Syariah, DR. Syafi’i Antonio pun pernah mondok. Di kalangan Militer, dari Jenderal Soedirman, Brigjend Achmad Tirto Soediro, hingga Jenderal Moeldoko (Panglima TNI saat ini) juga berasal dari Pesantren (lihat tabel pejabat dari pesantren).Eh, konon Barack Obama, Presiden Amerika juga pernah mesantren, lho! Tapi istilahnya lebih keren, Boarding school, kan sama-sama Boarding ^^ #maksa. So, mau jadi apapun, pesantren adalah fondasi pendidikan terbaik.

Pesantren Gak Lagi Kaku

          Sebagian masyarakat masih beranggapan jika Pesantren itu sebagai penjara (penjara suci katanya,, narapidana kaleeee??), tempat disiksa (makanyaa jangan nakaall!).Bikin bête dan melelahkan, karena segala sesuatu dikerjakan dengan sendiri dan kegiatannya hanya ngaji, ngaji dan ngaji. Tidurnya ngumpul betumpuk-tumpukan, (kaya pindaang, wekawekakaa) makannya bareng-bareng, mandinya juga bareng-bareng,, (naah loohh????).
Salah Satu Kegiatan Ngaji Santri Assalafie(Sumber: Fb Assalafie)

            Apasih pesantren tuh? buat apa kita mesantren. Toh disekeliling rumah kita banyak tempat pengajian.Seabrek fikiran negatif tentang pesantren ada dalam benak fikiran.(buat yg ga suka aja).
            Pesantren juga sering dituding sebagai kelompok islam yang masih kaku dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Terlihat dari pakaian yang masih tertutup, ketika belajar masih menggunakan sistem belajar dengan kitab kuning yang terkesan masih jadul dan purba.Apalagi tahun lalu, terjadi bom bunuh diri di polresta Cirebon.Orang tersebut terdeteksi didikan dari Pesantren.
            Terlebih anak-anak remaja sekarang lebih suka dengan yang berbau modern.Lebih doyan jalan-jalan, berpakaian minim, nongkrong, mengkuti trend tradisi barat tanpa filtrasi (penyaringan budaya.red) dan menggunakan trend  teknologi yang berlebihan. Ada anak” usia SMP ketika diminta orang tuannya mesantren, namun anak itu berdalih “ buatapa mesantren, mesantren itu katro, gak gaul, gaptek pula”. Masya Allah, miris sekali mendengarnya. Cekacekacekakaa,,
            Padahal, Pesantren sesungguhnya gak kaya gitu.Banyak Pesantren yang ‘gaul’ juga kok.Misalnya dibeberapa pesantren di Cirebon, seperti pesantren Ciwaringin(kaya di pondok kita tercinta,, Assalafie-Assalafiat), Kempek, Buntet, Gedongan dan lain sebagiannya. Dalam pengajarannya, terdapat juga pelajaran-pelajaran umum tak hanya ngaji-ngaji aja.Meskipun gaul, kitab kuning tetap jadi acuan utama. Bisa dikatakan, bahwa pesantren tersebut merupakan pesantren salafiyah yang gak ketinggalan jaman.Sebab berhasil memadukan sistem kitab kuning dengan pengetahuan zaman sekarang.Jadi tetap menguasai IPTEK dengan tanpa meninggalkan tradisi, norma dan  nilai-nilai Pesantren yang diakui sangat positif untuk pendidikan karakter anak-anak. 

            Tentang pendidikan karakter di Pesantren ini diakui dan bahkan ditiru oleh lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Di Jepang, Korea Selatan, hingga di Australia dan Inggris, lho! Itu kata Wakil Menteri Agama, Prof. DR. Nasaruddin Umar, "Akademisi dari Inggris mengakui model pendidikan pesantren dapat membangun karakter anak, sehingga model itu di Australia dan Inggris telah menjadi trend pendidikan setempat," katanya di Bengkulu, Rabu, 14 Mei 2014.Di dua negara itu, pesantren disebut dengan istilah boarding school."Di Indonesia disebut sistem madrasah atau pondok pesantren," ucapnya.



Pengertian Pesantren

            Pondok pesantren, seperti kata KH. Abdurrohman Wahid (Gus Dur) adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.Santri tersebut berada dalam komplek yangjuga menyediakan masjid/Musholla untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan keagamaan lainnya.
            Pondok Pesantren merupakan 2 istilah yang menunjukkan satu pengertian.pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal.Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengancara non klasikal, dimana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh Ulama Abad pertengahan.
            Istilah pesantren menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam buku tradisi Pesantren berasal dari kata ejaan pe-santri-an yang berarti menunjukkan tempat santri, dimana kata "santri" berarti murid.Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq فندوق    yang berarti penginapan.Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut Pengurus pondok.Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan ‘Ubudiyah.(emang kita mau terus2an ngandelin orang tua sampe aki-aki nini-nini,,?? Cemeeenn,, cengeeeng,, !!!)
            Sedangkan kata santri konon berasal dari kata Cantrik (bahasa Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti guru, kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan.
            Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap faham Islam tradisional.Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan faham pesantren yang tidak dapat dipiah-pisahkan.
            Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”.Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab juga saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
            Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustadz biasanya dengan menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan, halaqoh. Dll
Kebersamaan Santri(Sumber: Fb Assalafie)

    Kitab-kitab Islam klasik tersebut adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di pesantren.Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan.Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu.
            Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna untuk masa kini atau nanti.Sekarang coba kita reningkan bersama dan tanyakan pada hati masing-masing, Yakin ga’ Al-qur’an itu dari zaman dulu, sekarang dan masa depan akan terus relevan?? Nah, masih mau nyebut pesantren itu katro, gaptek, udik, ga gaul, kuno?
            Wakil mentri Agama Nasaruddin Umar: “Akademisi dari Inggris mengakui model pendidikan pesantren dapat membangun karakter anak, sehingga model itu di Australia dan Inggris telah menjadi trend pendidikan setempat” katanya di Bengkulu. Rabu, 14 Mei 2014. Di dua Negara itu, pesantren di sebut dengan istilah Boarding School. “Di Indonesia disebut dengan madrasah atau pesantren” katanya.
            Saya mempunyai pendapat sendiri yang mungkin hampir rata-rata berpendapat yang sama. Di karenakan jaman sudah mendekati ahir, kenakalan remaja sudah tidak terkendali, terlebih melihat suatu latar belakang daerah yang sungguh sangat memprihatinkan. Di desa itu memang masih ada beberapa kiai namun untuk generasi selanjutnya seperti tidak ada. Baik masyarakat ataupun pemuda setempat juga kurang peduli akan pendidikan apalagi memondokkan anaknya. Saya sendiri miris melihat hal ini. Belajar di pondok pesantren memang tidaklah ada yang geratis tapi di pesantren kita bisa memperoleh pelajaran hidup dengan geratis asalkan kita peka terhadap lingkungan.
            Ada beberapa hal kenapa penting menempuh pendidikan di pesantren. Tentunya pesantren-pesantren yang di bawah asuhan kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) di antaranya:
            Pertama, pesantren NU memiliki sanad keilmuan yang jelas. Segala yang di pelajari di pesantren NU bisa di pertanggung jawabkan. Jika kita runtut ilmu yang dikonsumsi alurnya jelas sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya, kita tidak peril hawatir akan kebenaran yang di pelajari dipesantren NU karena itu sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Kedua, Pesantren mengajar kan kita untuk tidak berfikir oposisi-binner. Sebuah gaya berfikir yang selalu mempertentangkan setiap perbedaan. Semisal sosialisme menetang otoriterianisme, lalu menjadi otoriterianisme dengan bentuk baru Nah, dipesantren kita diajarkan bahwa perbedaan itu adalah Sunatullah. Perbedaaan tidak perlu dipertentangkan, akan  tetapi disikapi secara arif agar bisa berjalan beriringan.
           Ketiga, kita diperkenalkan dengan barokah. Dalam  kehidupan  pesantren, barokah menjadi hal penting yang dijadikan pegangan santri. Sering kali kita mendengar, setinggi apapun ilmu  yang kita dapatkan jika tidak mendapat kan barokah kiainya, maka ilmu didapat akan sia-sia. Dalam pandangan pesantren, tabarukan atau biasa disebut barokah mempunyai makna penembahan kebagusan dari Allah Ziyadatulkhair. Barokah merupakan sebuah kekuatan yang dimiliki oleh kiai dan dipercaya mampu  melegitimasi ilmu yang diperoleh santri, manfa’at atau tidak. Baroakah tidak semata-mata bisa hadir dari seorang kiai. Artinya, untuk mendapatkan title bahwa seorang kiai memiliki kekuatan barokah baiasanya terletak pada sejauh man kiai tersebut memiliki karomah.

Keempat, dari pesantren kita akan diajarkan bagaimana bersosialisasi. Tanpa disadari, dalam kehidupan santri menyimpan segudang pelajaran hidup. Semisal anak santri makan memekai godong
pisang. Dari situ kita bisa lihat, bahwa kebersaman dalam  pesantren itu sangat diutamakan.

            Kelima, hal yang penting yang bisa didapatdari pesantren adalah “Akhlak”. Akhlak yang dimaksud disini bukan persoalan etika semata. Karena etika lebih kepada persoalan pola sikap dan pola ucap. Semisal seorang koruptor yang sosialnya bagus tidak bisa dikatakan berakhlak. Karena apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan kebenaran hatinya.

            Tentu masih banyak hal lain yang bisa dijadikan alasan mondok (Nyantri) itu penting. Ada segudang pelajaran dan pengalaman yang hanya bisa kita dapatkan dari pesantren. Semau literatur yang terjadi di pesantren seolah-olah merangkai sebauh kenangan yang akan selalu trukir di dalam ingtan bawah sadar kita. Tidak terhitung berapa santri yang menuai kesuksesan dari pesantren. Ulama besar, dokter di rumah sakit Nasional, pejabat pemerintah, pebisnis dan masih banyak lagi.

            Untuk itu, janganlah melihat sesuatu dari satu sempel, tapi cobalah telaah lebih jauh lagi agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman. Santri adalah mahluk langka yang penuh akan berjuta kenangan.
            Makanya, Ayo mondok...!!

 *Penulis adalah Alumni Assalafie, Staf MTs NU Assalafie.
(Sumber: Edisi 42 / Th XII / Muharram 1437 / Oktober 2015)










No comments:

Post a Comment

Pages