Menjaga Tradisi Lama, Mengawal Tradisi Baru - Blog Nusa Televisi

Inspirasi Anak Bangsa

Artikel Terbaru Kami

Sunday, 31 December 2017

Menjaga Tradisi Lama, Mengawal Tradisi Baru


Oleh: KH. Azka Hamam Syaerozi, Lc *

Dalam dunia pesantren, ada satu kaedah yang sangat terkenal, yaitu “Al Muhafadzatu Ala As Salaf As Sholih Wa Al Akhdzu Bi Al Jadid Aslah”, (Menjaga kesalafan yang shalih, dan mengambil modernitas yang lebih baik).
KH. Azka Hamam Syaerozie


Akhir-akhir ini, pesantren di tanah air sedang disudutkan oleh beberapa pihak, yang –menurut saya- tidak bertanggung jawab. Pesantren selalu diidentikkan dengan kemunduran  dan keterbelakangan bangsa, bahkan pesantren dianggap sebagai sumber kemiskinan.
Kalau kita mau jujur, kalangan pesantren (para kyai dan santri) telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi bangsa ini, terutama sumbangsih dalam bidang pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, yang akhir-akhir ini terkoyak oleh pengaruh budaya – budaya asing, terusik oleh pengaruh globalisasi.
Sepanjang sejarahnya, tokoh-tokoh pesantren telah silih berganti memupuk kesetiaan dan loyalitas masyarakat terhadap bangsa. Sebagai contoh; Kyai Jatira (KH. Hasanuddin) sang pendiri bumi pesantren Babakan Ciwaringin, adalah sosok panutan masyarakat wilayah Cirebon dan sekitarnya dalam menghadapi penjajah Belanda. Misi nasionalisme dan religuitas Kyai jatira berhasil ditanamkan pada komunitas masyarakatnya.
Contoh lain, KH. Hasyim As’ari, pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama, adalah tokoh pesantren yang berhasil mendirikan sebuah organisasi sosial keagamaan terbesar di tanah air, di mana organisasi ini terbukti memiliki peran signifikan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), organisasi NU juga memiliki lembaga yang dikenal sukses dalam dunia ekonomi dan bisnis, yaitu lembaga Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pengusaha).
Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa pesantren sebagai sumber kemunduran dan kemiskinan adalah tidak benar dan tidak memiliki dasar, pernyataan tersebut hanya sebatas “pandangan miring” terhadap dunia pesantren. Namun, yang perlu digaris bawahi dari tuduhan-tuduhan ini adalah perlu adanya interospeksi dan inovasi dari internal dunia pesantren agar keberadaannya selalu memberikan manfaat bagi umat.

Dengan kaidah yang saya sebutkan pada permulaan tulisan ini, menjadi jelas bahwa peran pesantren adalah “menjaga tradisi lama dan mengawal tradisi baru”. Kemajuan di bidang sains dan teknologi akan terus dirasakan oleh masyarakat dunia termasuk muslim di Indonesia. Dengan melalui pola pendidikan pesantren, mereka tidak kehilangan identitasnya sebagai muslim Indonesia, yang memiliki norma dan etika sendiri. Sehingga dari rahim pesantren akan selalu lahir para pengusaha yang religius, politisi yang santun, pendidik yang tulus, pejabat yang empati, dan rakyat yang mandiri. Wallahu Al’am.
*Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon

No comments:

Post a Comment

Pages