Oleh: KH. Azka Hamam Syaerozi, Lc
*
Dalam
dunia pesantren, ada satu kaedah yang sangat terkenal, yaitu “Al Muhafadzatu
Ala As Salaf As Sholih Wa Al Akhdzu Bi Al Jadid Aslah”, (Menjaga kesalafan
yang shalih, dan mengambil modernitas yang lebih baik).
| KH. Azka Hamam Syaerozie |
Akhir-akhir
ini, pesantren di tanah air sedang disudutkan oleh beberapa pihak, yang
–menurut saya- tidak bertanggung jawab. Pesantren selalu diidentikkan dengan
kemunduran dan keterbelakangan bangsa,
bahkan pesantren dianggap sebagai sumber kemiskinan.
Kalau
kita mau jujur, kalangan pesantren (para kyai dan santri) telah memberikan
kontribusi yang luar biasa bagi bangsa ini, terutama sumbangsih dalam bidang
pendidikan dan pembangunan karakter bangsa, yang akhir-akhir ini terkoyak oleh
pengaruh budaya – budaya asing, terusik oleh pengaruh globalisasi.
Sepanjang
sejarahnya, tokoh-tokoh pesantren telah silih berganti memupuk kesetiaan dan
loyalitas masyarakat terhadap bangsa. Sebagai contoh; Kyai Jatira (KH.
Hasanuddin) sang pendiri bumi pesantren Babakan Ciwaringin, adalah sosok
panutan masyarakat wilayah Cirebon dan sekitarnya dalam menghadapi penjajah
Belanda. Misi nasionalisme dan religuitas Kyai jatira berhasil ditanamkan pada
komunitas masyarakatnya.
Contoh
lain, KH. Hasyim As’ari, pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama, adalah tokoh
pesantren yang berhasil mendirikan sebuah organisasi sosial keagamaan terbesar
di tanah air, di mana organisasi ini terbukti memiliki peran signifikan dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), organisasi NU juga
memiliki lembaga yang dikenal sukses dalam dunia ekonomi dan bisnis, yaitu
lembaga Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pengusaha).
Dengan demikian, pernyataan yang mengatakan bahwa
pesantren sebagai sumber kemunduran dan kemiskinan adalah tidak benar dan tidak
memiliki dasar, pernyataan tersebut hanya sebatas “pandangan miring” terhadap
dunia pesantren. Namun, yang perlu digaris bawahi dari tuduhan-tuduhan ini
adalah perlu adanya interospeksi dan inovasi dari internal dunia pesantren agar
keberadaannya selalu memberikan manfaat bagi umat.
Dengan
kaidah yang saya sebutkan pada permulaan tulisan ini, menjadi jelas bahwa peran
pesantren adalah “menjaga tradisi lama dan mengawal tradisi baru”. Kemajuan di
bidang sains dan teknologi akan terus dirasakan oleh masyarakat dunia termasuk
muslim di Indonesia. Dengan melalui pola pendidikan pesantren, mereka tidak
kehilangan identitasnya sebagai muslim Indonesia, yang memiliki norma dan etika
sendiri. Sehingga dari rahim pesantren akan selalu lahir para pengusaha yang
religius, politisi yang santun, pendidik yang tulus, pejabat yang empati, dan
rakyat yang mandiri. Wallahu Al’am.
*Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin Cirebon
No comments:
Post a Comment