Profil Singkat Nyai. Hj. Ila Mursila S.Kom - Blog Nusa Televisi

Inspirasi Anak Bangsa

Artikel Terbaru Kami

Sunday, 31 December 2017

Profil Singkat Nyai. Hj. Ila Mursila S.Kom



                Hai sobat salafuna, untuk edisi tahun ini kami dewan redaksi salafuna akan menyajikan profil Nyai-nyai yang ada pada tanah ilmu Babakan ini. Khususnya para nyai yang berada dalam naungan pesantren Assalafie. Kalian penasarankan dengan profil pertama ini?, Baiklah. Simak ya. Beliau mempunyai nama lengkap Nyai. Hj. Ila Mursila S.Pdi. akrab dengan penggilan Ila di masa kecil atau Ibu Ila dan kang Ila di kalangan kita para santri dan masyarakat. Beliau adalah anak ke-4 dari pasangan KH. Syaerozie Abdurrohim Alm dan Nyai. Hj. Tasmi’ah Alm selaku pendiri pesantren Assalafie yang kita cintai ini. Beliau lahir di tanaj Cirebon tepatnya pada tanggal 15 Juli 1974 M. beliau mempunyai 7 saudara: Nyai. Hj. Shurotul’aini Alm, KH. Azka Hammam. Lc, KH. Yasyif Maemun, KH. Abdul Aziz. S.Fil, KH. Abdul Muiz. S.H, dan DR. KH. Wawan Arwani. MA.
Ny. Hj Ilah Mursilah Syaerozie

                Ibu Ila memulai pendidikan dasarnya di SD Babakan Ciwaringin sekitar tahun 1982. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan formal tingkat SLTP di MTs Babakan Ciwaringin. Semasa sekolag tingkat pertama, beliau tidak begitu aktif dalam kegiatan extrakulikuler pada umumnya yang ada di sekolah. Beliau lebih banyak belajar untuk menghabiskan waktu-waktu kosong dari pada aktif dalam kegiatan exkul. Setelag lulus MTs pada tahun 1988 langsung mesantren di pesantren Krapyak Yogyakarta yang pada saat itu di asuh oleh KH. Ali Maksum Alm. Selama mesantren di Krapyak, beliau juga melanjutkan jenjang pendidikan di MA Ali Maksum dan juga sempat aktif di kegiata Organisasi Intra Sekolah yang biasa kita sebut dengan OSIS. Setelah puas mesantren di Krapyak selama 6 tahun. Beliau kembali mesanten di pesantren Pandalaran selama 4 tahun yang pada saat itu di asuh oleh KH. Mufid Mas’ud Alm. Beliau juga sempat mampir untuk menimba ilmu khusus Al-Qur’an di pesantren Kajen Patih Jawa Tengah selama 1 tahun yang pada saat itu di asuh oleh KH. Sahal Mahfud Alm. Kalian bisa hitung sendirikan beapa lama veliau hidup dalam dunia pesantren?. Oh ya hampir lupa. Beliau mengenal dunia pesantren pertama kali di pesantre Jagasatru Cirebon. Di pesantren ini beliau tidak menjadi santri tetap pada umumnya. Hanya satu bulan ketika bulan puasa alias santri pasaran. Tidak hanya di Jagasatru beliau ngaji pasaran, beliau juga pernah ngaji pasaran di Banten, pesantren yang di asuh Mbah Dimyati Pandeglang. Juga sempat menikmati ngaji pasaran di Bandar Kediri.
                Selama masa pendidikan baik itu ketika mesantren atau sekolah formal. Beliau mempunyai sebuah hobi berupa keterampilan. Entah keterampilan apa yang beliau kuasai yang jelas kita sudah merasakan manfaatnya tanpa kita sadari. Di kepengurusan beliau juga aktif loh. Seorang aktifislah Ibu Ila itu. Motto hidup yang dimiliki beliau adalah “Bisa memberikan manfaat bagi umat”. Sedangkan prinsip yang beliau pegang dalam menjalani kehidupan yang bersifat sementara ini yaitu “Berjuang tampa pamrih”. Pertanyaannya, seperti apa motto hidup dan prinsip yang kalian miliki?
                Sebagaimana umumnya para santri yang mempunyai hal yang disukai dan hal yang tidak di sukai entah itu  menghafal ataupun belajar. Belaiu juga mempunyai hal tersebut ketika masih menjadi seorang santri. Yang di sukai beliau adalah “Menghafal” entah menghafal apa tapi yang jelas hafalan itu berkaitan dengan ilmu. Bukan hafalan lagu-lagu Chiby, Smash, Slank, Oi ataupun yang lainnya. Sedangkan yang paling tidak di sukai beliau adalah MALAS. Hayo. Siapa di antara kalian (santri putrid Assalafiat) yang hobinya malas. Hati-hati yo. Adapun trik khusus beliau ketika belajar atau menghafal yaitu dengan cara ‘Bangun malam dan tidak tidur setelah sholat shubuh’. Sedangkan yang kita lakukan? Hehehe. Ayo donk semangat. Jangan kalah sama Ibu Ila. Sedangkan kesulitan yang di hadapi beliau ketika belajar yaitu ‘susahnya adaptasi dengan cuaca’.
                Setelah puas mesantren di sana sini. Pada tahun 1999 ahirnya beliau kembali ke Babakan tempat kelahiran beliau. Di desa inilah beliau mengabdikan diri sepenuhnya untuk umat. Karena beliau punya mimpi dan impian agar bisa “Mencetak anak didik (santri) menjadi manusia yang bisa memberikan kemanfaatan bagi bersama dalam prioritas yang semangat. Serta mempunyai anak yang sholeh”. Selang wakut antara tahun 1999 sampai 2001. Beliau harus rela melepas kedua orang tua dan kakak pertama beliau untuk pulang ke rahmatullah. Di selang waktu itu pula pesantren kita seolah-olah di guyur oleh hujan air mata. Seluruh santri harus rela melepas Mama Yai dan Ibu Yai mereka. Apa lagi untuk anak-anak beliau. Terutama ibu Ila sebagai satu-satunya perempuan yang masih tersisa di keluarga besar Alm. KH. Syaerozie.
                Di tahun berikutnya tepatnya tahun 2002 beliau resmi menjadi istri KH. Lukman Hakim. S.Pdi. dan di amanahi 3 orang putra. Gus Andurrohim, Gus M. Agis Hakim dan Gus M. Hikami Dzikri Al-Bukhori. Di samping kesibukan beliau mengasuh pesantren putri, beliau juga melanjutkan study kejenjang perguruan tinggi. Tepatnya di perguruan tinggi Al-Biruni. Kini beliau kembali merintis sebuah pesantren putri yang di dominasi oleh anak kuliahan atau biasa kita menyebutnya pesantren Mushaf yang merupakan percabangan dari pesantren putri Assalafiat. Perjuangan beliau untuk umat tidak ada hentinya. Tetap semangat dan pantang menyerah. Oh ya hampir lupa. Sebagai penutup beliau menitipkan sebuah pesan untuk kita semua. Ibu Ila berpesan “Belajarlah yang semangat, ibadahlah yang semangat buat bekal masa depan. Jangan bergaul (mu’asaroh) dengan orang-orang yang malas dan tidak jujur”.

(Sumber: Majalah Salafuna Edisi 33 Tahun 2013)

No comments:

Post a Comment

Pages