Mengentas Penjajahan Modern Di Bumi Nusantara - Blog Nusa Televisi

Inspirasi Anak Bangsa

Artikel Terbaru Kami

Monday, 8 January 2018

Mengentas Penjajahan Modern Di Bumi Nusantara


Oleh : KH. Lukman Hakim, MA*

Sebagaimana kita fahami bahwa ulama adalah pewaris para Nabi dan Rosul yang memiliki peran sentral tidak bisa dilakukan oleh komunitas lainnya, di antara peran itu adalah :
            Pertama, ulama sebagai transformasi nilai-nilai dan ilmu agama. Hal ini ini nyaris semua orang yang belajar agama mendapat sumber referensinya dari para ulama. Di samping itu, penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari kiprah dan peran para ulama di Nusantara.
            Kedua, ulama sebagai panutan penting dalam  tatanan sosial di masyarakat. Hal ini didasarkan karena dari sistem pengajaran yang diterapkan ulama, terbukti dapat mencetak masyarakat yang dinamis, gotong royong, toleran serta berakhlakul karimah.

KH. Lukman Hakim

            Ketiga, ulama sebagai pendorong pemberdayaan ekonomi. Dalam pendidikan pesantren, ulama tidak hanya mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama saja. Akan tetapi, ulama juga mengajarkan pada para santrinya tentang ekonomi. Orientasi ulama selalu berfikir bagaimana caranya mencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan mandiri secara ekonomui.
            Tiga hal di atas merupakan contoh dari sekian banyak peran penting ulama di masyarakat, terjadi dari zaman dulu hingga sekarang, dari zaman penjajahan hingga kemerdekaan, peran-peran tersebut masih tetap eksis dilakukan oleh para ulama. 
            Adapun terkait kemerdekaan bangsa Indonesia, ulama serta para santrinya mempunyai peran tersendiri dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda, Inggris maupun Jepang. Banyak dari sekian pahlawan perjuangan kemerdekaan yang merupakan seorang ulama di antaranya ; Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran DiponegoroTengku Cikditiro dan juga masih banyak yang lainnya.
            Kalau kita menelaah sejarah kemerdekaan, yang memotori terjadinya peristiwa tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya adalah para ulama. Beliau-beliau selalu memberikan doktrin anti penjajahan kepada masyaraka. Jadi para ulama-lah yang menjadi orator ulung pengobar  semangat rakyat dalam melawan para penjajah.
            Selain dalam sisi agama dan sosial, para ulama juga memiliki peran dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Salah satunya adalah melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang didirikan oleh Gus Dur (sapaan akrab KH. Abdurrahman Wahid). Sebuah partai politik yang menjadi wadah aspirasi  para kiai dan santri dalam mengisi kemerdekaan bangsa.
          Pada masa pra-kemerdekaan, para ulama yang diwakili oleh KH. Wachid Hasyim beserta Bung Karno ikut serta dalam perumusan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan juga proses pembentukan dasar Negara yang sarat akan nila-nilai agama, bisa disimpulkan bahwa para ulama juga memiliki peran signifikan dalam
 perpolitikan di tanah air.
            Dengan demikian, bahwa kontribusi para ulama dalam kancah nasional itu sangatlah besar. Pondok pesantren adalah bukti ril kontribusi ulama tersebut. Ada lebih dari 27.000 pondok pesantren di tanah air, dari Sabang sampai Marauke yang merupakan hasil dari rintisan para ulama di Nusantara.
            Akan tetapi dalam waktu dekat ini, pondok pesantren yang notabene adalah imunisasi dari para ulama selalu dikaitkan dengan yang namanya terorisme. Berita burung ini sudah mewabah dan tersebar di seluruh penjuru tanah air dan menyebabkan citra pondok pesantren menjadi agak negatif.
            Beberapa kalangan mengatakan bahwa para ulama di pondok pesantren mengajarkan kepada santri-santrinya tentang aksi terorisme, hal ini merupakan fitnah besar. Perlu diketahui, bahwa secara historis, terorisme tidak ada kaitan dengan
bangsa Indonesia. Terorisme merupakan realisasi seorang atau sekelompok orang yang memahami teks agama secara sempit dan kaku. Mereka beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu implementasi ajaran agama yang benar. Padahal tidak ada satupun nash agama yang membenarkan aksi mereka tersebut. Itu semua hanya pemahaman mereka yang sempit dan terlalu kaku.
            Adapun terkait mengapa ada santri yang ikut terjerumus pada terorisme, di antara sebabnya adalah tidak tuntas dalam memahami apa yang diajarkan oleh para ulama di pesantren, dalam kata lain “mondoknya kurang lama”. Jika santri tersebut bermukim lama dan ngajinya tuntas, maka dipastikan santri tersebut tidak akan terjerumus ke dalam jaringan yang bernama terorisme. Karena sumber tindakan teror dan sikap radikal dari segelintir orang yang mengaku pernah belajar di pesantren adalah pengaruh dari lingkungan di luar pesantren dan ajakan dari kalangan non pesantren (bukan kiai dan santri).
            Terkahir, hal yang harus dilakukan oleh para santri dalam rangka mengisi moment kemerdekaan ini adalah: meniru teladan ulama dengan cara berjuang total dalam belajar, harus menjadi motor  bagi masyarakat untuk menjadikan masyarakat yang bangkit dalam segi sumber daya manusia dan juga dalam segi akhlakul karimah, harus terus semangat dan berjuang dalam syi’ar agama Islam sebagaimana ulama terdahulu.
            Oleh karena itu, para santri sudah seharusnya berjuang dalam segala hal yang berkaitan dengan umat. Karena penjajah hari ini tak seperti penjajah zaman dahulu. Di mana penjajah hari ini adalah kemiskinan dan kebodohan. Maka dari itu, seorang santri dituntut untuk bisa mumpuni dalam hal itu dan harus siap untuk melawan dan  mengentas  penjajahan  modern di  negeri ini.

*Penulis anggota Dewan Keluarga pondok pesantren putra putri Assalafie, kepala tingkat Ibtidaiyah Madrasah Al Hikamus Salafiyah Putri (MHSP)  

(Sumber Majalah Salafuna Edisi 45 September-Desember 2016)

No comments:

Post a Comment

Pages