Pentingnya Berwirausaha - Blog Nusa Televisi

Inspirasi Anak Bangsa

Artikel Terbaru Kami

Thursday, 25 January 2018

Pentingnya Berwirausaha




Oleh: Nyai Hj. Ana I’anah Yasyif*

             Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup hanya dengan sendirinya, melainkan harus ada peran orang lain agar kebutuhan hidup itu terpenuhi. Hal ini didasarkan pada ketentuan Allah Swt yang menciptakan manusia dengan dasar ikhtilaf (perbedaan) dan beragam. Allah Swt menciptakan makhluknya berlawanan dan berpasang-pasangan baik jenis maupun sifatnya.  
Kaum Perempuan berkecimpung dalam dunia kerja

            Dengan dasar itulah manusia sangat dianjurkan untuk berusaha menemukan keselarasan antara satu dengan lainnya, saling kerjasama dan mutual simbiosis. Salah satunya dengan berkiprah dalam bidang kewirausahaan agar terbentuk relasi ekonomi antar sesama yang sepadan dan stabil. Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an :

إنّ الله لا يغيّر ما بقوم حتّى يغيّروا ما بأنفسهم

“Allah Swt tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri yang mengubah keadaannya”. (Qs. Ar Ra’d : 11)

            Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dianjurkan untuk selalu berusaha dalam menggapai tujuan, tidak boleh berpangku tangan. Derajat seseorang itu tergantung seberapa besar usahanya.
            Ketika usahanya biasa-biasa saja, maka hasilnya pun akan biasa-biasa saja. Begitu pula sebaliknya. Tidak ada sejarah yang mengatakan bahwa orang yang hidupnya hanya untuk bermalas malasan akan memperoleh sebuah kesuksesan dan derajat yang tinggi.
            Mengenai topik kewirausahaan, ada 3 (tiga) hal penting yang harus ditanamkan pada diri seorang pewirausaha atau dalam istilah lain Entrepreneur dari kalangan kaum sarungan (santri), yaitu:
Pertama, seorang pewirausaha harus memiliki rasa sabar dalam mengelola usahanya. Selama ini banyak pewirausaha yang gagal faham akan makna dari sabar. Misalnya, ketika seseorang berjualan selama satu minggu, dan selama itu pula jualannya tidak laku. Kemudian keesokan harinya orang tersebut berhenti berjualan dikarenakan sepi pembeli. Hal seperti inilah yang harus dihindari, karena dapat menyebabkan kita gagal dalam mengembangkan wirausaha itu sendiri.
            Kedua, seorang pewirausaha harus melakukan ikhtiar atau usaha yang maksimal untuk mengembangkan usahanya agar tidak stagnan. Dalam arti, seorang pewirausaha harus memiliki kreativitas dan keuletan yang mumpuni, tidak boleh berhenti dalam inovasi, semakin ulet dan kreatif maka semakin memperbesar peluang untuk sukses dalam wirausaha. 


            Ketiga, Setelah melakukan usaha dan kerja keras, sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menyerahkan segala urusan kita kepada Allah Swt. Dengan bertawakkal dan berdo’a agar usaha yang sedang dijalani dapat berjalan lancar dan meraih hasil yang memuaskan, sebagaimana bacaan ikrar yang dibaca setiap kita sholat yakni :

ﺇنّ صلاتي ﻭنسكي ﻭمحياي ومماتي للّه رب العالمين

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya milik Allah Swt Tuhan semesta alam”.

            Khusus bagi para santri yang masih muqim di pondok pesantren, saya berpesan agar tetap fokus belajar dan memperhatikan niat dalam menuntut ilmu. Santri di pondok pesantren tidak boleh terburu-buru berkecimpung di dunia bisnis, jangan sampai kita memasuki arena pertandingan sebelum adanya bekal dan persiapan. 
            Bagi para santri yang masih tinggal di pesantren cukup dengan menyiapkan mental dan kreativitas kalian sebelum berkiprah di tengah masyarakat. Karena masa-masa sekarang buat para santri adalah masa pendidikan.
            Jangan khawatir ketika pulang akan menjadi apa ?!, para santri harus yakin bahwa dengan fokus mengaji dan belajar di pondok pesantren, Allah Swt akan memberikan derajat yang tinggi dan melapangkan rizki bagi kita sekarang dan di kemudian waktu. Karena Allah Swt berjanji dalam firman-Nya :
 يرفع الله الّذين آمنوامنكم والّذين اوتوا العلم درجات  

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu pada beberapa derajat”. (Qs. Al Mujadilah : 11)

            Dengan ilmu yang dimiliki, tentunya ilmu yang bermanfaat, maka seseorang akan mampu mengendalikan hawa nafsunya, akan mampu membawa dirinya ke jalan yang benar dan keadaan yang lebih baik, dalam hal dunawi maupun ukhrowi.
            Akan tetapi ada beberapa dari kalangan alumni pondok pesantren secara khusus atau masyarakat secara umum yang hidupnya menjadi pengangguran, hidup serba kekurangan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh lemahnya tekad, kurangnya kesiapan mental, malas dan tidak adanya kreativas. Hal-hal seperti inilah yang menjadikan siapapun – baik santri maupun non santri – yang akan menjadikan hidupnya tidak mandiri dan menemukan kesulitan secara ekonomi. 
            Maka kita sebagai kalangan pesantren, para santri dan alumni pesantren harus menjadi orang yang tekun, kretaif, aktif dan selalu siap dalam kondisi apapun. Orang yang siap menghadapi dan mengatasi berbagai problematika yang datang silih berganti, sehingga kita menjadi apa yang telah ditegaskan dalam Al Qur’an “kalian adalah sebaik-baik umat yang ada di muka bumi”. Wallahu A’lam.   
 *Penulis adalah anggota Dewan Keluarga Madrasah Al Hikamus Salafiyah Putri (MHSP), Pengasuh asrama putri Assalafiat III. 
(Sumber Majalah Salafuna Edisi 46 Januari 2017 )


No comments:

Post a Comment

Pages