Bila dipandang sepintas, tidak akan ada yang menyangka jika pemuda yang lahir di Cirebon. 17 Juni 1980 menyandang gelar doktor, bukan hanya doktor tapi doktor termuda di Indonesia Patutnya kita bangga menjadi salah satu santri beliau.
Lahir dari pasangan K.H. Syaerozi Abdurrohim –selaku pendiri Pondok Pesantren kita- dan Ny. Hj Tasmi’ah Syaerozi, putri dari Kiai besar Babakan K.H. Abdul Hannan, Dr. H. Arwani Syaerozi, Lc, MA memulai pendidikan di Sekolah dasar Negeri I Babakan Ciwaringin Cirebon pada tahun 1992, dilanjutkan dengan bersekolah di SMPN I Ciwaringin di tahun 1995.
Beliau melanjutkan pendidikannya di Aliyah MHS Babakan Ciwaringin hingga tahun 1998 dan akhirnya terbang ke Yaman dan melanjutkan studi di Universitas Al Ahgaff Yaman pada tahun 2003 dengan jurusan Syari’ah dan Hukum. Empat tahun tak terasa tinggal di negri para habaib itu beliau menyelsaikan kuliah di Universitas tersebut dan dan termasuk Al Mutawafiqin (3 orang berprestasi) selanjutnya beliau melanjutkan petualangan pencarian ilmunya di Tunisia, tepatnya di Universitas Ezzitouna. Di sana beliau mengambil jurusan Maqasid Syari’ah.
Sebagai orang yang mempunyai banyak pengalaman menuntut ilmu di negeri orang tentunya beliau mempunyai kesan berharga ketika menuntut ilmu, ketika di tanya tentang kesan itu beliau menjawab “Kondisi minimal dalam keilmuan, saat pertama kali studi ke luar negri adalah tantangan luar biasa, hal ini membuat diri ini termotivasi untuk bisa menyelsaikan belajar dengan baik, berkompetinsi dengan mahasiswa berbagai negara” walaupun dalam kondisi awal minim keilmuan tidak membuat beliau menjadi minder untuk berkompetensi dengan mahasiswa dari negeri-negeri lain. “Al hamdulillah di Universitas AL Ahgaff Yaman, saya termasuk Al Mutawafiqin (3 orang berprestasi), akhirnya bisa menjadi batu loncatan untuk di terima studi S2 di Universitas Ezzitouna Tunisia dan studi S3 di Universitas Mohammed V Maroko” tambah Kang Wawan, sapaan khas beliau. Walau dengan kondisi awal seperti itu beliau bahkan dapat masuk kalangan mahasiswa berprestasi, ini menjadi cambuk untuk bisa menjadi seperti beliau. Selanjutnya beliau melanjutkan studi S3 nya di Universitas Mohammed V Maroko di sini beliau menyelsaikan S3-nya dengan menyelsaikan desertasi kedoktoralannya yang berjudul “Konsep Maqosid Syari’ah dalam pengembangan Hukum Fiqh; Prespektif Al Kiya Harrasi”
Pada sidang yang diuji oleh Dr. Mohammed Qojwi, Dr Ahmad Amharazy ‘alwi dan Dr, Abdel Karim ‘Akwi, beliau di anugrahi gelar Doktor dengan predikatSumma Cumlaude(Musyarraf Jiddan). Dengan diraihnya gelar tersebut beliau tercatat sebagai Doktor termuda dari Indonesia dengan umurnya yang masih 29 tahun.
Beliau berpesan kepada kita semua untuk terus “memperluas wawasan dengan terus membaca kitab kuning dan buku kontemporer, memperbaiki jiwa dengan meminta nasehat kiyai, memperdalam keilmuan dengan bermusyawarah dan berdiskusi” ujar beliau.
Semoga kita dapat merealisasikan pesan beliau dalam kehidupan kita. Amin.
(Sumber: Majalah Salafuna tahun 2011)
No comments:
Post a Comment